BANTEN RAYA.CO.ID – Nabi Khidir merupakan sosok yang dijelaskan tapi tidak disebutkan namanya dalam Al-Qur’an.
Nabi Khidir digambarkan sebagai hamba Allah yang saleh dan memiliki kebijaksanaan besar atau pengetahuan yang tidak dapat dijangkau manusia lainnya.
Nabi Khidir disebut oleh para cendekiawan Muslim sebagai sosok yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi pada ayat 65–82.
BACA JUGA : Nuzulul Qur’an, Jabal Nur Gelar Khotmil
Keberadaanya sangat misterius. Namun, ada cerita menarik yang terjadi di Indonesia terkait Nabi Khidir.
Di mana, seorang santri asal Indonesia diketahui pernah menggendong Nabi Khidir. Siapa santri tersebut? Berikut kisahnya.
Dikisahkan dalam Kitab Fiqhul Hikayat, cerita tersebut berawal dari seorang tamu yang berkunjung ke pesantren milik Kiai Kholil, seorang pembesar ulama di Bangkalan, Jawa Timur.
Sebagai ulama besar, Kiai Kholil Bangkalan hampir setiap hari dikunjungi tamu yang ingin sowan kepadanya.
Suatu malam, turun hujan deras. Tiba-tiba ada seorang kakek sepuh yang kemudian diketahui mengalami kelumpuhan pada kakinya bertamu ke kediaman Kiai Kholil.
Kakek tersebut berjalan dengan cara mengesot.
Melihat hal tersebut, Kiai Kholil menawarkan kepada para santrinya agar ada yang mau menggendong tamu ini.
Salah seorang santri menyatakan bersedia dan langsung menggendong tamu tersebut tanpa banyak bertanya. Kemudian membawanya menuju rumah Kiai Kholil.
Begitu sampai di rumah Kiai Kholil, tamu tersebut langsung disambut dengan penuh hormat atau takzim.
Di dalam rumah, Kiai Kholil berdialog dengan tamu sepuhnya itu.
Sementara, santri yang menggendong tamu Kiai Kholil menunggu di luar.
Usai berdialog, Kiai Kholil keluar dan kembali menawarkan kepada para santrinya siapa yang mau mengantarkan tamunya pulang hingga sampai ke kediamannya.
BACA JUGA : Wakil Walikota Cilegon : Cintai Al-Qur’an
Kemudian santri yang awalnya menggendong tamu Kiai Kholil langsung kembali menyatakan kesediaannya.
Setelah santri tersebut membawa tamu Kiai Kholil pergi, sang kiai berkata kepada santri-santri lainnya bahwa santri yang bersedia mengantarkan tamunya pulang telah mewariskan semua ilmu yang dimilikinya.
Usai kejadian tersebut, ternyata diketahui bahwa tamu sepuh dan lumpuh yang mengunjungi Kiai Kholil Bangkalan adalah Nabi Khidir AS.
Sementara, orang yang menggendong Nabi Khidir ketika mengunjungi Kiai Kholil Bangkalan belakangan diketahui sebagai Hadratus-Syekh atau Maha Guru KH Hasyim Asy’ari.
Berkah dari peristiwa tersebut, akhirnya kemudian mengantarkan KH Hasyim Asy’ari menjadi seorang ulama yang zuhud dan kharismatik.
KH Hasyim Asy’ari kemudian dikenal sebagai sosok pendiri pondok pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur.
BACA JUGA : Bantu Tanggulangi Kemacaten Akibat Banjir di Ciwandan, Krakatau Steel Buka Jalur Industri untuk Umum
Bahkan, berkat keilmuannya yang dinilai sudah mumpuni, KH Hasyim Asy’ari diketahui dipercaya untuk mengajar di Masjidil Haram bersama tujuh ulama Indonesia lainnya, antara lain Syekh Nawawi Al-Bantani dan Syekh Ahmad Khatib Al-Minakabawi.
Selain itu, KH Hasyim Asy’ari juga berhasil mendirikan organisasi massa Islam terbesar di Indonesia bahkan terbesar di dunia yaitu Nahdlatul Ulama atau NU.
Organisasi massa Islam moderat ini telah tersebar di berbagai belahan dunia dengan didirikannya pengurus cabang istimewa.
KH Hasyim Asy’ari juga dikenal sangat patuh dan menghormati gurunya, Kiai Kholil Bangkalan.
Bahkan selalu menjunjung tinggi dan memuliakan gurunya meski KH Hasyim Asy’ari telah menjadi ulama besar di Indonesia melebihi gurunya.
Demikian kisah seorang santri yang telah menggendong Nabi Khidir dan kemudian menjadi ulama besar di Indonesia bahkan di dunia.
Semoga kisah dalam artikel ini bermanfaat. Wallahu a’lam bish-shawab. *