Bantenraya.co.id-Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Provinsi Banten mencatat, setidaknya ada
sebanyak 13,6 ribu anak di Banten yang putus sekolah pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Angka putus sekolah atau drop out itu diperoleh Dindikbud dari pusat data teknologi informasi (pusdatin) Kemendikbud.
“Berdasarkan data dari pusdatin kemendikbud, di Banten ada 13.684 anak yang putus sekolah, atau istilahnya drop out.
Tipu Proyek PUPR, Kontraktor Divonis 10 bulan
Mereka ini sempat terdaftar, masuk sekolah dulu, tapi kemudian tidak lanjut di tengah jalan.
Karena berbagai alasan dan kondisi ya,” ujar Kepala Sub Bagian Program Evaluasi dan Pelaporan (PEP) Dindikbud Provinsi Banten Rudi Yatmawan, Kamis (18 Juli 2024).
Rudi mengatakan, jumlah anak putus sekolah paling banyak berada di wilayah Kabupaten Tangerang dengan total sebanyak 3.516 anak.
Kemudian, urutan kedua adalah Kabupaten Lebak sebanyak 2.492 anak. Urutan ketiga Kabupaten Serang sebanyak 2.114 anak,
Ketua DPRD Cilegon Habiskan Sisa Masa Jabatan untuk Mengabdi ke Masyarakat
lalu Kabupaten Pandeglang 2.056 anak, Kota Tangerang 1.431 anak, Kota Tangerang Selatan 860 anak,
Kota Serang 843 anak, dan terakhir adalah Kota Cilegon sebanyak 372 anak.
“Rata-rata kalau dari hasil verifikasi kita sih itu karena faktor ekonomi ya, kemudian juga ada yang karena orang tuanya pisah.
Lalu ada juga yang karena sudah menikah dan punya anak, ada juga yang karena sudah memilih untuk bekerja,
Elektabilitas Andika 82,1 Persen, Najib Hamas 0,6 persen
dan ada yang memang sudah tidak berminat untuk sekolah. Cuma memang paling banyak karena faktor ekonomi,” jelasnya.
Rudi menerangkan, saat ini pihaknya tengah melakukan pilot project agar anak-anak yang putus sekolah tersebut
untuk kembali bersekolah. Ia mengatakan, daerah yang menjadi percontohan adalah wilayah Kabupaten Pandeglang.
Ia menjelaskan, dari ribuan anak di Kabupaten Pandeglang yang putus sekolah, pihaknya hanya mendapatkan 10
Sambut Liburan Sekolah, Swiss Belhotel Serpong Siapkan Paket Campcation
orang anak yang bersedia dan sungguh-sungguh untuk kembali bersekolah.
“Kalau secara umumnya dari semua wilayah itu ada 42 anak, 10 anak di antaranya itu dari Kabupaten Pandeglang.
Ini yang sedang kita upayakan, dan mereka benar-benar mau untuk kembali bersekolah. Saat ini kita sedang susun mekanismenya,” terangnya.
“Banyak dari mereka yang tidak mau melanjutkan itu karena memang faktor biaya,
Survei KedaiKOPI, Elektabilitas Andika Hazrumy 61,6 persen
jadi orang tuanya sudah tidak mampu dan anaknya juga lebih memilih bekerja. Kemudian juga ada yang sudah
menikah, karena budaya pernikahan dini terutama di daerah pedalaman itu kan masih tinggi ya, jadi ya sudah tidak memungkinkan juga dia untuk bersekolah,” tambahnya.
Lebih lanjut Rudi menuturkan, ke depan, pihaknya akan kembali mencari anak-anak yang drop out atau putus sekolah untuk kembali bersekolah.
“InsyaAllah di 2025 nanti kita mulai giatkan lagi, karena sudah kita ajukan juga terkait dengan anggarannya.
Potret Terkini Wisata Religi Kapal Bosok Curug Kota Serang
Untuk yang 42 anak tadi, itu juga sedang kita lakukan koordinasi untuk bisa kapan mereka mulai bersekolah kembali,” tuturnya.
Saat ditanya mengenai berapa anak yang tidak lanjut sekolah ke jenjang SMA/SMK/SKh. Rudi mengatakan
bahwa, data tersebut merupakan kewenangan dari Pemerintah Kabupaten/Kota. Sehingga, pihaknya mengklaim
jika tidak memilki wewenang untuk mengungkapkan itu.
Syafrudin Ingin Tuntaskan Hutang di Periode Kedua
“Kalau itu bukan wewenangnya kita, karena kalau kita itu hanya mencatat yang daftar kejenjang SMA/SMK,
kemudian putus di tengah jalan. Kalau yang putus tidak melanjutkan, itu di Kabupaten Kota,” pungkasnya. (mg-rafi)